Thursday, 23 March 2017

Analisis Mengenai Sambutan Rakyat Terhadap Proklamasi di Surakarta Khususnya Masyarakat Boyolali


A. Latar Belakang
Tepat hari jumat 17 Agustus 1945 jam 10.00 WIB, naskah proklamasi dibacakan, ini merupakan peristiwa sangat penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sesudah naskah proklamasi selesai dibacakan, acara dilanjutkan dengan pengibaran Sang Saka merah putih oleh Pemuda Suhud dan eks sudanco Latif Hendraningrat dengan disaksikan segenap yang hadir, upacara diakhiri dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Dalam suasana yang sangat sederhana itu telah sampailah bangsa Indonesia ke pintu kemerdekaannya. Sudah sepantasnya berita bahagia ini diketahui oleh segenap bangsa Indonesia agar semua tahu bahwa Indonesia telah merdeka. Setelah itu para pemuda langsung menyebar luaskan tentang berita kemerdekaan ini, namun penyebar luasan berita tersebut berjalan lambat, tentu saja ada beberapa daerah yang terlambat mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka. Selain itu masyarakat di berbagai daerah pastilah melakukan hal yang berbeda-beda dalam menyambut Proklamasi.
B. Masalah
Bagaimana sambutan masyarakat terhadap peristiwa Proklamasi yang menjadi bukti bahwa Indonesia telah merdeka di Wilayah Surakarta khususnya di Boyolali ?
C. Pembahasan
Di Tingkat Pusat
Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita proklamasi yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan ke seluruh dunia.

Teks Proklamasi


Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang. Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun pemuda tidak kehilangan akal dengan membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi radio yang diambil dari Kantor Berita Domei. Di Menteng 31 para pemuda berhasil merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJK I, dari sinilah berita Proklamasi Kemerdekaan terus disiarkan. Selain itu juga lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia. Demikianlah sambutan masyarakat dan usaha-usaha para pemuda di pusat dalam menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh pelosok Tanah Air.

Kantor Berita Domei (Sekarang Kantor Berita Antara)


Selain itu di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan. Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan Ikada saat ini terletak di sebelah Selatan Lapangan Monas.


Di Daerah - Daerah
Di Daerah – Daerah para rakyat bersuka cita dan tetap ikut dalam memberitakan proklamasi. Banyak sekali tindakan – tindakan tak terduga yang dilakukan di daerah seperti :
1.    Dukungan Spontan Terhadap Proklamasi

Pada 19 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VIII mengirim Surat Kawat berisi ucapan selamat kepada Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta atas beridirnya Negara Republik Indonesia dan atas terpilihnya dua tokoh tersebut sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

Sri Sultan Hamengkubuwana IX


Dari ucapan tersebut tersirat bahwa Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VIII mengakui kemerdekaan RI dan siap membantu mereka. Kemudian Pagi itu sekitar pukul 10.00 tanggal 19 Agustus 1945 Sri Sultan Hamengkubuwana IX mengundang kelompok-kelompok pemuda di bangsal kepatihan. Kemudian untuk mempertegas sikapnya, Sri Sultan Hamengkubuwana IX mengeluarkan amanat bahwa 1). Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan daerah istimewa dari RI. 2). Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang kekuasaan atas Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat. 3). Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat RI bersifat Langsung. Sultan selaku Kepala Daerah Istimewa bertanggung jawab langsung terhadap Presiden.

Pada 5 September 1945, Sri Paku Alam VIII mengeluarkan Amanat yang sama, hanya saja kata “Sri Sultan Hamengkubuwana IX” diganti menjadi “Sri Paku Alam VIII” dan “Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat” diganti menjadi “Negeri Paku Alaman”.

2.   Tindakan – Tindakan Heroik
Selain dukungan spontan terdapat juga aksi-aksi para rakyat yang berusaha untuk tetap mempertahankan kemerdekaan antara lain,
a.   Melucuti tentara Jepang untuk mendapatkan senjata sebagai modal perjuangan selanjutnya, untuk mencegah agar senjata Jepang tidak jatuh ketangan Sekutu serta untuk mencegah tentara jepang untuk membunuh rakyat
b.  Perebutan pangkalan udara bugis (sekarang abdul Rahman Saleh di Malang) pada tanggal 18 september 1945
c.  Penurunan Bendera Belanda dari puncak hotel Yamato di Surabaya,tanggal 19 September 1945. 
d.  Rapat Raksasa Di Lapangan Ikada.
e.  Pertempuran lima hari di Semarang (14-19 oktober 1945) 
f. Pengumuman Proklamasi Kemerdekaan di lapangan Fukureido (sekarang lapangan merdeka) tanggal 6 oktober 1945.
g.  Pertempuran Krueng Panjo Aceh tanggal 24 November 1945


Peristiwa Perobekan Bendera di Hotel Yamato

Usaha usaha lain untuk menyebarkan berita proklamasi adalah melalui penyebaran dan pemasangan pamflet, plakat, poster, coretan coretan pada tembok dan kereta api. Dengan demikian dalam waktu yang tidak lama berita proklamasi kemerdekaan Indonesia segera tersebar ke seluruh Indonesia dan ke dunia luar.



Di Wilayah Boyolali

Kabupaten Boyolali terletak di provinsi Jawa Tengah,atau tepatnya berada di sebelah barat Kota Surakarta. Boyolali terkenal dengan sebutan kota Susu,karena merupakan penghasil susu perah terbaik di eks.Karisidenan Surakarta. Selain menghasilkan susu perah terbaik,Boyolali juga melahirkan putra-putri terbaik bangsa,diantaranya Abdul Azis Saleh, Prof.Dr.Soeharso, Laksamana TNI (Purn) Widodo A.S, S.K Trimurti dll

S.K Trimurti mungkin adalah salah satu sosok pelaku sejarah yang hampir terlupakan. Ia merupakan salah satu saksi mata-telinga secara langsung dari pembacaan proklamasi. Bahkan sebelum bendera Merah Putih dikibarkan terdengar agar itu dilakukan oleh Trimurti. Namun ia menolak dan beralasan bahwa sebaiknya hal itu dilaksanakan oleh anggota PETA yang sudah terbiasa dalam pengibaran bendera.  Terlebih dari hal itu S.K Trimurti merupakan pejuang wanita yang tangguh, berkiprah di dunia Pers dan tak gentar pada penjajahan kolonial.

S.K Trimurti


Surastri Karma Trimurti lahir di Boyolali, 11 Mei 1912. Ayahnya bernama Mangunsuromo seorang wedana. Setelah tamat dari Sekolah Ongko Loro,Surastri melanjutkan ke Sekolah Guru. Ia lulus dengan nilai terbaik dan diangkat sebagai guru antara lain di Banyumas. Disinilah ia mulai berorganisasi dengan menjadi anggota Rukun Wanita dan mengikuti rapat-rapat Budi Utomo. Surastri pindah ke solo menerbitkan majalah Bedug yang kemudian berganti Terompet. Kemudian ia pindah ke Yogya bersama Sri Panggihan temannya,mendirikan majalah Suara Marhaeni.
Perjuangan S.K Trimurti dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia serta dalam kegiatannya untuk turut membantu pelaksanaan acara proklamasi telah memberikan banyak inspirasi, terutama bagi para wanita dan masyarakat Boyolali pada umumnya. Penyebarluasan berita proklamasi di Boyolali mungkin tak segencar dan semeriah kota – kota lainnya, melainkan hanya bermodal pamflet, pidato oleh kepala daerah, dan lewat mulut ke mulut. Perbedaan pandangan antara pemerintah daerah Boyolali yang mendukung Indonesia dan Keraton Surakarta yang kala itu sering dibilang pro Belanda juga kadang menjadi konflik. Tetapi masyarakat Boyolali mempunyai satu tekad yang sama, yaitu untuk mewujudkan Kemerdekaan Indonesia atas usaha sendiri, bukan atas pemberian Jepang.
Berita tentang persiapan Proklamasi Kemerdekaan telah dapat diketahui oleh para tokoh pemuda Boyolali, utusan pemuda Markas Besar Barisan Pelopor jakarta, yaitu Supeno, tanggal 16 Agustus 1945. Jadi sehari sebelum Proklamasi dicetuskan (Mandani, 16-10-1981; Harbuntalib, catatan pribadi, 17-10-1974)
Menyambut adanya berita proklamasi dari Jakarta, para pemuda Barisan Pelopor dan Poetra Boyolali berkumpul di rumah Mandani untuk menyusun rencana kerja yang akan dilakukan.
Berita proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 diterima terlambat oleh daerah, karena alat-alat perhubungan pada masa itu sulit dan mendapatkan rintangan dari pemerintah Jepang. Di Boyolali karena sebelumnya telah mendapatkan berita, maka pada 17 Agustus 1945 para pemuda dengan radio yang disimpan secara rahasia di Barisan Pelopor, dapat mengikuti Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta ( Mandani, 16-10-1981).

Markas Cabang Barisan Pelopor di Boyolali berpusat dirumah Amongwardoyo, jalan Merbabu Boyolali. Dengan radio gelap itulah para anggota Barisan Pelopor mengetahui pidato Bung Karno tentang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Berita itu segera disiarkan dengan bantuan dari Angkatan Muda Indonesia (AMI). Pada tanggal 19 Agustus 1945 ada seorang pemuda dari Sala bernama Indromarjoko, memberikan plakat-plakat tentang kemerdekaan dan Lencana Merah Putih untuk ditempelkan pada dinding gedung-gedung di tepi jalan. Dengan tindakan demikian berarti memberikan penerangan kepada masyarakat tentang telah adanya proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Disamping itu para pemuda secara sepontan mengibarkan bendera merah putih yang pertama kali di halaman kantor kabupaten, setelah didahului dengan penurun bendera Jepang. Pengibar benderanya : Mandani dan Amongwardoyo dengan disaksikan oleh RNg.Swonopranoto, Harbuntalib, Soebagiyo, Sutrisno, Kunto Sudarsono, dan beberapa orang yang lain ( Wardoyo, 26-10-1981; Mandani, 16-10-1981; Sutrisno 23-01-1982)

Ketika berita bahwa proklamasi kemerdekaan yang terjadi di pusat sampai di telinga masyarakat Boyolali, pada awalnya masyarakat Boyolali yang lain tidak percaya. Tetapi setelah ada banyak kabar melalui siaran radio dan orang-orang maka mereka pun percaya bahwa itu bukan berita bohong. Masyarakat langsung menyambut dengan gembira, mereka berlari-lari dan meneriakkan kata “MERDEKA!!” pada setiap orang yang ditemuinya. Mereka langsung berusaha merebut gedung-gedung dan kantor pemerintahan Jepang. Karena keterbatasan sarana dan jauhnya jarak antara Boyolali  dengan Jakarta, maka kemungkinan tidak ada masyarakat Boyolali yang merayakan langsung di Pusat.

D. Kesimpulan
Dari Pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa setelah peristiwa proklamasi kemerdekaan terjadi, para pemuda langsung berusaha untuk menyebar luaskan berita tersebut keseluruh pelosok negeri bahkan dunia. Walaupun terbatasnya sarana, mereka tetap dengan penuh semangat memberitakan peristiwa penting ini. Baik melalui Radio, dari mulut ke mulut, pamflet, poster, pidato-pidato bahkan coretan-coretan sekalipun.
Baik di tingkat pusat maupun di daerah, masyarakat menyambut proklamasi dengan suka cita karena hal ini menandakan bahwa Indonesia telah terbebas dari belenggu penjajahan oleh bangsa lain sekaligus bukti bahwa Indonesia meraih Kemerdekaan atas usaha sendiri bukan pemberian oleh Jepang. Dan sudah sebaiknya pula kita sebagai generasi penerus bangsa tetap mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih dengan cara-cara yang bisa membuat bangsa kita tetap utuh dan disegani di seluruh dunia.
E. Sumber
Buku “SEJARAH INDONESIA” untuk SMA/MA/SMK/MK Kelas XI semester 2 oleh KEMDIKBUD RI tahun 2014
Google Images
Wikipedia Bahasa Indonesia

SEMOGA BERMANFAAT
Anggota Kelompok :
1.    Angga Budhi Kurniawan                   (05)
2.    Bima Aji Kurniawan                            (08)
3.    Pertiwi Oktavia Setyaningtyas          (22)

0 comments:

Post a Comment