Friday 24 March 2017

analisis mengenai sambutan rakyat terhadap berita proklamasi kemerdekaan indonesia di daerah surakarta

A. LATAR BELAKANG
17 Agustus 1945 merupakan titik puncak perjuangan Indonesia menumpas kolonialisme dan imperialisme yang terjadi di tanah air ini. Kisah dibalik proklamasi kemerdekaan ini bermula ketika Jepang di bom atom oleh sekutu di Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Hal tersebut sangat sangat menurunkan  mental jepang dalam perang dunia kedua, dan memaksa Jepang untuk menyerah kepada sekutu. Jepang merahasiakan kekalahannya ini dari Indonesia sampai sekutu datang mengambil alih nusantara. Namun karena kecakapan pemuda Indonesia yaitu Sutan Syahrir, Indonesia bisa mengetahui berita kekalahan Jepang ini.
Golongan pemuda akhirnya mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia karena saat itu adalah saat yang tepat. Indonesia dalam keadaan vacum of power, Jepang kalah dan sekutu belum masuk ke Indonesia.
Golongan tua termasuk Soekarno-Hatta berbeda pendapat dengan golongan pemuda tentang waktu proklamasi kemerdekaan, golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan tersebut harus dirundingkan dahulu dengan PPKI dan Jepang. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan ‘hadiah’ dari Jepang .
 Sampai akhirnya terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Golongan muda mengamankan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945 dini hari dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Nippon. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu – buru memproklamasikan kemerdekaan.
Malam harinya dilakukan penyusunan naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda (Jl. Imam Bonjol no 1). Penyusunan naskah proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Proklamasi akan dikumandngkan esok harinya di kediaman Ir.Soekarno (Jl. Pegangsaan Timur 56).
17 Agustus 1945 di rumah Ir.Soekarno pukul 10.00 Proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan. Teks dibacakan oleh Ir.Soekarno. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan pada waktu itu, sang saka merah putih yang di jahit oleh Fatmawati dikibarkan dengan gagahnya oleh Latif Hendraningrat dan dibantu oleh Soehoed. Suasana haru, bahagia, amat teramat bahagia karena Indonesia telah mencapai titik puncak perjuangan dan melewati jembatan emas menuju kemerdekaan ini.

B. PEMBAHASAN
            Berita Proklamasi kemudian disiarkan lewat radio Semarang. Masyarakat Jawa Tengah dengan cepat dapat menerima berita tersebut. Kemudian, pada tanggal 19 Agustus 1945, diadakan rapat raksasa untuk menguatkan pengumuman pengambilan kekuasaan di Semarang. Setelah itu, di daerah Brebes, Pekalongan, dan Tegal terjadi pemberontakan. Rakyat di tiga daerah tersebut menyerang para pamong praja dan pegawai pemerintah yang dianggap sebagai penyebab kesengsaraan rakyat.
            Di daerah-daerah luar Jawa berita Proklamasi terlambat diterima oleh rakyat. Hal ini disebabkan karena sarana komunikasi yang cukup sulit. Di Medan, berita Proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan yang diangkat sebagai gubernur daerah Sumatera. Mendengar berita ini,  kemudian dipelopori oleh Achmad Tahir dibentuk Barisan Pemuda Indonesia. Pada tanggal 4 Oktober, mereka berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata dari tangan Jepang.
            Di daerah-daerah lain pun melakukan penyambutan yang tidak jauh berbeda, yakni sebagai berikut:
a.       Mula-mula rakyat tidak percaya terhadap adanya berita Proklamasi.
b.      Luapan kegembiraan rakyat menyambut kemerdekaan Indonesia.
c.       Mengadakan rapat-rapat raksasa.
d.      Para pemuda membentuk angkatan muda Indonesia.
e.       Upaya pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang.
f.       Upaya merebut gedung-gedung dan kantor pemerintahan.
g.      Merebut persenjataan dari tangan Jepang.
h.      Tekad untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.

C. KESIMPULAN
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada umumnya disambut oleh masyarakat Indonesia dengan antusias dan sukacita. Hal itu wajar, karena Proklamasi Kemerdekaan merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia dalam perlawanan terhadap bangsa asing. Sambutan masyarakat Boyolali sendiri dapat dikatakan antusias dalam menyambut Proklamasi Kemerdekaan, walaupun masih adanya tentara Jepang yang bersikap keras terhadap peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

SUMBER:

KELOMPOK :
1. FAHREZI RIZAL N.F (14)
2. ZENA WAHYU S     (30)

0 comments:

Post a Comment