Latar belakang konflik Kamboja
Pangeran Norodom Sihanouk |
Masalah Kamboja kemudian menjadi kompleks
akibat campur tangan pihak-pihak tertentu, seperti RRC dan Amerika Serikat.
Campur tangan tersebut mengakibatkan masalah Kamboja bukan lagi menjadi masalah
nasional rakyat Kamboja atau masalah regional Asia Tenggara, tetapi telah
menjadi masalah internasional. Oleh karena itu, satu-satunya jalan yang harus
ditempuh adalah konferensi internasional dengan melibatkan semua pihak yang
terlibat.
Perang kamboja
Tahun 1954 , setelah
Perancis meninggalkan Indochina. Raja Norodom Sihanouk mengadakan pemilu dan
membentuk partai politik. Melalui intimidasi dan menggunakan popularitasnya,
dia berhasil mengusir orang-orang komunis dan memperoleh seluruh kursi pemerintahan.
Pol Pot lari ke persembunyian dan melatih anggota yang direkrutnya.Akhir 1960an
memulai pemberontakan bersenjata terhadap pemerintah dengan dukungan Tiongkok.
Tahun 1970 Sihanouk
beralih ke pihak Pol Pot karena dijatuhkan Jendral Lon Nol yang didukung
Amerika Serikat. Ketika Lon Nol berkuasa 20 tahun silam, lewat penggulingan
Sihanouk, mereka dijanjikan akan bisa hidup lebih tenteram dan sejahtera. Dunia
Barat, terutama AS, juga lega karena Sihanouk dianggap condong ke Beijing dan
Vietnam Utara. Yang terjadi, Lon Nol ternyata memerintah dengan tangan besi.
Untuk menghadapi Viet
Kong Di era 1970-an, Richard Nixon dan penasihat pertahanannya Henry Kissinger
memerintahkan bombardemen di wilayah Kamboja yang menewaskan 750 ribu orang
Kamboja yang diperkirakan sebagai pendukung Vietkong. Tidak cukup dengan aksi
karpet bom, Amerika juga menggunakan Pol Pot untuk menghadapi gerilyawan
Vietkong dan para pengikutnya yang menyusup ke wilayah Kamboja. Kemudian tahun
1973 – Pihak Vietkong meninggalkan Kamboja.
Richard Nixon |
Karena pemerintahan Lon
Nol yang bertangan besi dianggap menyengsarakan rakyat, Partai Komunis Kamboja
mengambil alih kekuasaan. Lon Nol melarikan diri ke AS.Tahun 1975 – Sihanouk
kembali berkuasa namun mulai ditinggalkan rekan-rekannya yang komunis, yang
tidak tertarik dengan pengembalian monarki.
Setahun kemudian
Sihanouk ditumbangkan oleh Khmer Merah yang menjanjikan sosialisme akan membuat
rakyat menjadi tuan di rumah sendiri. Hasilnya, “Demi kemurnian ideologi,”
mereka dibantai. Sepuluh tahun lalu, pasukan Vietnam datang. Pecahlah perang
saudara berkepanjangan. Pihak ketiga pun ikut beraksi. RRC muncul sebagai
pendukung Khmer Merah, AS di belakang para gerilyawan nonkomunis, Vietnam
menyokong rezim Phnom Penh, dan Muangthai memberi tempat bagi basis-basis
militer para gerilyawan.
Bendera Kamboja saat dipimpin Khmer Merah |
Pada awal 1976 pihak
Khmer Merah menahan Sihanouk dalam tahanan rumah. Pemerintah yang ada saat itu
segera diganti dan Pangeran Sihanouk dilepas dari jabatannya sebagai kepala
negara. Kamboja menjadi sebuah republik komunis dengan nama “Kamboja
Demokratis” (Democratic Kampuchea) dan Khieu Samphan menjadi presiden pertama.
Pada 13 Mei 1976 Pol
Pot dilantik sebagai Perdana Menteri Kamboja dan mulai menerapkan perubahan
sosialis terhadap negara tersebut. Pengeboman yang dilakukan pihak AS telah
mengakibatkan wilayah pedesaan ditinggalkan dan kota-kota sesak diisi rakyat
(Populasi Phnom Penh bertambah sekitar 1 juta jiwa dibandingkan dengan sebelum
1976).
Saat Khmer Merah
mendapatkan kekuasaan, mereka mengevakuasi rakyat dari perkotaan ke pedesaan di
mana mereka dipaksa hidup dalam ladang-ladang yang ditinggali bersama. Rezim
Pol Pot sangat kritis terhadap oposisi maupun kritik politik; ribuan politikus
dan pejabat dibunuh, dan Phnom Penh pun ikut berubah menjadi kota hantu yang
penduduknya banyak yang meninggal akibat kelaparan, penyakit atau eksekusi.
Ranjau-ranjau darat (oleh Pol Pot mereka disebut sebagai “tentara yang
sempurna”) disebarkan secara luas ke seluruh wilayah pedesaan.
Pada akhir 1978,
Vietnam menginvasi Kamboja. Pasukan Kamboja dikalahkan dengan mudah, dan Pol
Pot lari ke perbatasan Thailand. Pada Januari 1979, Vietnam membentuk
pemerintah boneka di bawah Heng Samrin, yang terdiri dari anggota Khmer Merah
yang sebelumnya melarikan diri ke Vietnam untuk menghindari penmbasmian yang
terjadi sebelumnya pada 1954. Banyak anggota Khmer Merah di Kamboja sebelah
timur yang pindah ke pihak Vietnam karena takut dituduh berkolaborasi. Pol Pot
berhasil mempertahankan jumlah pengikut yang cukup untuk tetap bertempur di wilayah-wilayah
yang kecil di sebelah barat Kamboja. Pada saat itu, Tiongkok, yang sebelumnya
mendukung Pol Pot, menyerang, dan menyebabkan Perang Tiongkok-Vietnam yang
tidak berlangsung lama. Pol Pot, musuh Uni Soviet, juga memperoleh dukungan
dari Thailand dan AS. AS dan Tiongkok memveto alokasi perwakilan Kamboja di
Sidang Umum PBB yang berasal dari pemerintahan Heng Samrin. AS secara langsung
dan tidak langsung mendukung Pol Pot dengan menyalurkan bantuan dana yang
dikumpulkan untuk Khmer Merah.
Jumlah korban jiwa dari
perang saudara, konsolidasi kekuasaan Pol Pot dan invasi Vietnam masih
dipertentangkan. Sumber-sumber yang dapat dipercaya dari pihak Barat
menyebut angka 1,6 juta jiwa, sedangkan sebuah sumber yang spesifik, seperti
jumlah tiga juta korban jiwa antara 1975 dan 1979, diberikan oleh rezim Phnom
Penh yang didukung Vietnam, PRK. Bapa Ponchaud memberikan perkiraan sebesar 2,3
juta—meski jumlah ini termasuk ratusan ribu korban sebelum pengambil alihan
yang dilakukan Partai Komunis. Amnesty International menyebut 1,4 juta;
sedngkan Departemen Negara AS, 1,2 juta. Khieu Samphan dan Pol Pot sendiri,
masing-masing menyebut 1 juta dan 800.000.
Upaya
Memecahkan Masalah Kamboja
Untuk memecahkan masalah Kamboja,
dunia Internasional melakukan berbagai upaya. Pada bulan Juli 1988 di Istana
Bogor (Indonesia), berkumpul berbagai pihak yang terlibat dan berkepentingan
dalam penyelesaian masalah Kamboja. Acara itu dikenal dengan Jakarta Informal
Meeting (JIM). Pada bulan Februari 1989, pertemuan itu dilanjutkan dengan
mengadakan JIM II yang mengundang harapan untuk dapat mencapai kesepakatan di
antara semua pihak.
Walaupun bersifat informal (tidak resmi), tetapi
pertemuan itu berhasil menemukan dua masalah yang dianggap penting dalam
penyelesaian masalah Kamboja. Kedua masalah itu adalah sebagai berikut.
§ Penarikan pasukan Vietnam dari
Kamboja akan dilaksanakan dalam kaitannya dengan penyelesaian politik
menyeluruh. Vietnam mulai memberikan janji dan bersedia menarik pasukannya dari
Kamboja.
§ Munculnya upaya untuk mencegah
kembalinya rezim Pol Pot, yang semasa berkuasa di Kamboja telah melakukan
pembantaian keji terhadap sekitar sejuta rakyat.
Upaya menyelesaikan konflik Kamboja
mulai memasuki tingkat internasional, yaitu dengan mengambil tempat di Paris.
Dalam konferensi ini hadir wakil dari 20 negara, termasuk ASEAN dan lima
anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Konferensi ini disebut dengan ICK
(International Conference on Kampuchea atau Konferensi Internasional mengenai
Kamboja). Konferensi berlangsung tanggal 30 – 31 Juli 1989.
ICK diharapkan mampu membentuk sebuah badan yang
mengawasi penarikan mundur pasukan Vietnam dari Kamboja dan melakukan
perjanjian perdamaian. Namun, para pengamat percaya bahwa keberhasilan ICK
bergantung pada hasil pertemuan sebelumnya pada tanggal 24 – 25 Juli 1989.
Perjalanan panjang upaya penyelesaian masalah Kamboja
akhirnya menemui titik harapan perdamaian. Pada tahun 1991, pasukan perdamaian
PBB memprakarsai gencatan senjata pihak-pihak yang bertikai. Pada tahun itu
juga, Pangeran Norodom Sihanouk kembali duduk sebagai kepala negara. Pada tahun
1993, Pangeran Norodom Sihanouk diangkat sebagai Raja. Pada tahun itu juga
diadakan pemilihan umum. Dalam pemilihan umum itu, Norodom Ranariddh dan Hun
Sen terpilih sebagai perdana menteri.
Dampak
konflik Kamboja
Dampak politis yang
mengemuka dari konfrontasi antara Khmer merah melawan Vietnam ini tentunya
adalah Perang Kamboja-Vietnam Konflik ini juga mengemukakan bagaimana
perpecahan yang terjadi antara Tiongkok-Soviet telah merusak pergerakan komunis.
Partai Komunis Vietnam memihak dengan Uni Soviet, sementara Partai Komunis
Kamboja tetap setia dengan Republik Rakyat Cina.
Dampak Politis yang kedua yakni
timbulnya konfrontasi antara China dan Vietnam awalnya china mendukung vietnam
pada saat perang melawan Amerika serikat.Namun setelah perang Vietnam berakhir
kamboja yg komunis juga diserbu oleh Vietnam. RRC yang mengetahui hal tersebut
marah, karena RRC mendukung rezim khmer milik PolPot(kamboja). Kemudian vietnam
diserbu oleh RRC.
Selain hal itu Amerika yang juga memiliki dendam
tersendiri dengan Vietnam akhirnya juga ikut membantu Pol pot, walaupun pada
awalnya mereka melawan kelompok tersebut. Akan tetapi demi mencegah pengaruh
Rusia masuk lewat Vietnam akhirnya Amerika ikut mendukung rezim Polpot
tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan, Margaret Thatcher, Jimmy Carter, dan
Ronald Reagan tetap mendukung rezim tersebut walaupun sudah jatuh. Bahkan, Cina
menyumbangkan senjata untuk Polpot pada dekade 80-an. Karena inilah genosida di
Kamboja tetap terpendam selama hampir 20 tahun. Khmer Merah pun tetap berdiri
sampai 1992, diakibatkan terlalu banyak pihak yang terlibat di dalamnya.
Oleh :
Bilqissawa Bias L (09)
Enggar Puspitarini (12)
Erlangga Bisma K (13)
Fahrezi Rizal N F (14)
Irish Vania G (18)
Muhammad Ezar A (19)
Shofin Iffat N (26)
SEMOGA BERMANFAAT
uploader : Bima Aji