Thursday, 17 August 2017

Konflik Kamboja



Latar belakang konflik Kamboja
Pada tahun 1953, Pangeran Norodom Sihanouk menjadi raja Kamboja. Ia kemudian mendominasi kehidupan politik negara Kamboja. Kelompok militer Kamboja tidak menyukai domonasi tersebut sehingga mereka mengadakan kudeta berdarah untuk menggulingkan kekuasaan Sihanouk pada tahun 1970.Kelompok militer yang dipimpin oleh Jenderal Lon Nol hanya memerintah selama 5 tahun karena dikudeta oleh Pol Pot pada tahun 1975. Pol Pot dapat berkuasa hingga 1979. Pada masa kekuasaan Pol Pot inilah kurang lebih 2 juta rakyat Kamboja dibunuh. Kejadian-kejadian tersebut menimbulkan perang saudara di antara para pengikut Sihanouk, Lon Nol, dan Pol Pot.

Pangeran Norodom Sihanouk


Masalah Kamboja kemudian menjadi kompleks akibat campur tangan pihak-pihak tertentu, seperti RRC dan Amerika Serikat. Campur tangan tersebut mengakibatkan masalah Kamboja bukan lagi menjadi masalah nasional rakyat Kamboja atau masalah regional Asia Tenggara, tetapi telah menjadi masalah internasional. Oleh karena itu, satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah konferensi internasional dengan melibatkan semua pihak yang terlibat.

Perang kamboja

Tahun 1954 , setelah Perancis meninggalkan Indochina. Raja Norodom Sihanouk mengadakan pemilu dan membentuk partai politik. Melalui intimidasi dan menggunakan popularitasnya, dia berhasil mengusir orang-orang komunis dan memperoleh seluruh kursi pemerintahan. Pol Pot lari ke persembunyian dan melatih anggota yang direkrutnya.Akhir 1960an memulai pemberontakan bersenjata terhadap pemerintah dengan dukungan Tiongkok.
Tahun 1970 Sihanouk beralih ke pihak Pol Pot karena dijatuhkan Jendral Lon Nol yang didukung Amerika Serikat. Ketika Lon Nol berkuasa 20 tahun silam, lewat penggulingan Sihanouk, mereka dijanjikan akan bisa hidup lebih tenteram dan sejahtera. Dunia Barat, terutama AS, juga lega karena Sihanouk dianggap condong ke Beijing dan Vietnam Utara. Yang terjadi, Lon Nol ternyata memerintah dengan tangan besi.
Untuk menghadapi Viet Kong Di era 1970-an, Richard Nixon dan penasihat pertahanannya Henry Kissinger memerintahkan bombardemen di wilayah Kamboja yang menewaskan 750 ribu orang Kamboja yang diperkirakan sebagai pendukung Vietkong. Tidak cukup dengan aksi karpet bom, Amerika juga menggunakan Pol Pot untuk menghadapi gerilyawan Vietkong dan para pengikutnya yang menyusup ke wilayah Kamboja. Kemudian tahun 1973 – Pihak Vietkong meninggalkan Kamboja.

Richard Nixon


Karena pemerintahan Lon Nol yang bertangan besi dianggap menyengsarakan rakyat, Partai Komunis Kamboja mengambil alih kekuasaan. Lon Nol melarikan diri ke AS.Tahun 1975 – Sihanouk kembali berkuasa namun mulai ditinggalkan rekan-rekannya yang komunis, yang tidak tertarik dengan pengembalian monarki.
Setahun kemudian Sihanouk ditumbangkan oleh Khmer Merah yang menjanjikan sosialisme akan membuat rakyat menjadi tuan di rumah sendiri. Hasilnya, “Demi kemurnian ideologi,” mereka dibantai. Sepuluh tahun lalu, pasukan Vietnam datang. Pecahlah perang saudara berkepanjangan. Pihak ketiga pun ikut beraksi. RRC muncul sebagai pendukung Khmer Merah, AS di belakang para gerilyawan nonkomunis, Vietnam menyokong rezim Phnom Penh, dan Muangthai memberi tempat bagi basis-basis militer para gerilyawan.

Bendera Kamboja saat dipimpin Khmer Merah


Pada awal 1976 pihak Khmer Merah menahan Sihanouk dalam tahanan rumah. Pemerintah yang ada saat itu segera diganti dan Pangeran Sihanouk dilepas dari jabatannya sebagai kepala negara. Kamboja menjadi sebuah republik komunis dengan nama “Kamboja Demokratis” (Democratic Kampuchea) dan Khieu Samphan menjadi presiden pertama.
Pada 13 Mei 1976 Pol Pot dilantik sebagai Perdana Menteri Kamboja dan mulai menerapkan perubahan sosialis terhadap negara tersebut. Pengeboman yang dilakukan pihak AS telah mengakibatkan wilayah pedesaan ditinggalkan dan kota-kota sesak diisi rakyat (Populasi Phnom Penh bertambah sekitar 1 juta jiwa dibandingkan dengan sebelum 1976).
Saat Khmer Merah mendapatkan kekuasaan, mereka mengevakuasi rakyat dari perkotaan ke pedesaan di mana mereka dipaksa hidup dalam ladang-ladang yang ditinggali bersama. Rezim Pol Pot sangat kritis terhadap oposisi maupun kritik politik; ribuan politikus dan pejabat dibunuh, dan Phnom Penh pun ikut berubah menjadi kota hantu yang penduduknya banyak yang meninggal akibat kelaparan, penyakit atau eksekusi. Ranjau-ranjau darat (oleh Pol Pot mereka disebut sebagai “tentara yang sempurna”) disebarkan secara luas ke seluruh wilayah pedesaan.
Pada akhir 1978, Vietnam menginvasi Kamboja. Pasukan Kamboja dikalahkan dengan mudah, dan Pol Pot lari ke perbatasan Thailand. Pada Januari 1979, Vietnam membentuk pemerintah boneka di bawah Heng Samrin, yang terdiri dari anggota Khmer Merah yang sebelumnya melarikan diri ke Vietnam untuk menghindari penmbasmian yang terjadi sebelumnya pada 1954. Banyak anggota Khmer Merah di Kamboja sebelah timur yang pindah ke pihak Vietnam karena takut dituduh berkolaborasi. Pol Pot berhasil mempertahankan jumlah pengikut yang cukup untuk tetap bertempur di wilayah-wilayah yang kecil di sebelah barat Kamboja. Pada saat itu, Tiongkok, yang sebelumnya mendukung Pol Pot, menyerang, dan menyebabkan Perang Tiongkok-Vietnam yang tidak berlangsung lama. Pol Pot, musuh Uni Soviet, juga memperoleh dukungan dari Thailand dan AS. AS dan Tiongkok memveto alokasi perwakilan Kamboja di Sidang Umum PBB yang berasal dari pemerintahan Heng Samrin. AS secara langsung dan tidak langsung mendukung Pol Pot dengan menyalurkan bantuan dana yang dikumpulkan untuk Khmer Merah.
Jumlah korban jiwa dari perang saudara, konsolidasi kekuasaan Pol Pot dan invasi Vietnam masih dipertentangkan. Sumber-sumber yang dapat dipercaya dari pihak Barat  menyebut angka 1,6 juta jiwa, sedangkan sebuah sumber yang spesifik, seperti jumlah tiga juta korban jiwa antara 1975 dan 1979, diberikan oleh rezim Phnom Penh yang didukung Vietnam, PRK. Bapa Ponchaud memberikan perkiraan sebesar 2,3 juta—meski jumlah ini termasuk ratusan ribu korban sebelum pengambil alihan yang dilakukan Partai Komunis. Amnesty International menyebut 1,4 juta; sedngkan Departemen Negara AS, 1,2 juta. Khieu Samphan dan Pol Pot sendiri, masing-masing menyebut 1 juta dan 800.000.

Upaya Memecahkan Masalah Kamboja

Untuk memecahkan masalah Kamboja, dunia Internasional melakukan berbagai upaya. Pada bulan Juli 1988 di Istana Bogor (Indonesia), berkumpul berbagai pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam penyelesaian masalah Kamboja. Acara itu dikenal dengan Jakarta Informal Meeting (JIM). Pada bulan Februari 1989, pertemuan itu dilanjutkan dengan mengadakan JIM II yang mengundang harapan untuk dapat mencapai kesepakatan di antara semua pihak.

Walaupun bersifat informal (tidak resmi), tetapi pertemuan itu berhasil menemukan dua masalah yang dianggap penting dalam penyelesaian masalah Kamboja. Kedua masalah itu adalah sebagai berikut.
§  Penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja akan dilaksanakan dalam kaitannya dengan penyelesaian politik menyeluruh. Vietnam mulai memberikan janji dan bersedia menarik pasukannya dari Kamboja.
§  Munculnya upaya untuk mencegah kembalinya rezim Pol Pot, yang semasa berkuasa di Kamboja telah melakukan pembantaian keji terhadap sekitar sejuta rakyat.
Upaya menyelesaikan konflik Kamboja mulai memasuki tingkat internasional, yaitu dengan mengambil tempat di Paris. Dalam konferensi ini hadir wakil dari 20 negara, termasuk ASEAN dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Konferensi ini disebut dengan ICK (International Conference on Kampuchea atau Konferensi Internasional mengenai Kamboja). Konferensi berlangsung tanggal 30 – 31 Juli 1989.
ICK diharapkan mampu membentuk sebuah badan yang mengawasi penarikan mundur pasukan Vietnam dari Kamboja dan melakukan perjanjian perdamaian. Namun, para pengamat percaya bahwa keberhasilan ICK bergantung pada hasil pertemuan sebelumnya pada tanggal 24 – 25 Juli 1989.
Perjalanan panjang upaya penyelesaian masalah Kamboja akhirnya menemui titik harapan perdamaian. Pada tahun 1991, pasukan perdamaian PBB memprakarsai gencatan senjata pihak-pihak yang bertikai. Pada tahun itu juga, Pangeran Norodom Sihanouk kembali duduk sebagai kepala negara. Pada tahun 1993, Pangeran Norodom Sihanouk diangkat sebagai Raja. Pada tahun itu juga diadakan pemilihan umum. Dalam pemilihan umum itu, Norodom Ranariddh dan Hun Sen terpilih sebagai perdana menteri.


Dampak konflik Kamboja
Dampak politis yang mengemuka dari konfrontasi antara Khmer merah melawan Vietnam ini tentunya adalah Perang Kamboja-Vietnam Konflik ini juga mengemukakan bagaimana perpecahan yang terjadi antara Tiongkok-Soviet telah merusak pergerakan komunis. Partai Komunis Vietnam memihak dengan Uni Soviet, sementara Partai Komunis Kamboja tetap setia dengan Republik Rakyat Cina.
Dampak Politis yang kedua yakni timbulnya konfrontasi antara China dan Vietnam awalnya china mendukung vietnam pada saat perang melawan Amerika serikat.Namun setelah perang Vietnam berakhir kamboja yg komunis juga diserbu oleh Vietnam. RRC yang mengetahui hal tersebut marah, karena RRC mendukung rezim khmer milik PolPot(kamboja). Kemudian vietnam diserbu oleh RRC.

Selain hal itu Amerika yang juga memiliki dendam tersendiri dengan Vietnam akhirnya juga ikut membantu Pol pot, walaupun pada awalnya mereka melawan kelompok tersebut. Akan tetapi demi mencegah pengaruh Rusia masuk lewat Vietnam akhirnya Amerika ikut mendukung rezim Polpot tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan, Margaret Thatcher, Jimmy Carter, dan Ronald Reagan tetap mendukung rezim tersebut walaupun sudah jatuh. Bahkan, Cina menyumbangkan senjata untuk Polpot pada dekade 80-an. Karena inilah genosida di Kamboja tetap terpendam selama hampir 20 tahun. Khmer Merah pun tetap berdiri sampai 1992, diakibatkan terlalu banyak pihak yang terlibat di dalamnya.


Oleh :
Bilqissawa Bias L        (09)
Enggar Puspitarini       (12)
Erlangga Bisma K       (13)
Fahrezi Rizal N F        (14)
Irish Vania G               (18)
Muhammad Ezar A     (19)
Shofin Iffat N               (26)

SEMOGA BERMANFAAT

uploader : Bima Aji

Wednesday, 16 August 2017

Mengenal Apartheid Sebagai Sejarah Kontemporer Dunia





"The greatest glory in living lies not in never Falling,
But in Rising every time we fall"
- Nelson Rolihlahla Mandela - 

A.   Pengertian Apartheid

Apartheid adalah sistem pemisahan ras yang diberlakukan di Republik Afrika Selatan dalam kurun waktu 1948 hingga 1993. Hal yang perlu  digarisbawahi dalam sistem apartheid adalah legalisasi hukum atas diskriminasi terhadap orang-orang kulit berwarna atau kulit hitam. Dalam sistem itu, orang kulit putih memiliki hak istimewa untuk memperoleh perumahan, pekerjaan, akses pendidikan, dan akses kekuasaan politik.

B.   Latar Belakang Munculnya Apartheid

Awal mula munculnya apartheid diawali pada 1652, Belanda tiba di Afrika Selatan dan mendirikan Tanjung Harapan (Cape Town). Para pemukim belanda di Afsel ini memanfaatkan Perusahaan Hindia Timur Belanda (The Dutch East India Company/VOC) untuk mengimpor budak dari Malaysia, Madagaskar, India, Indonesia, Mozambik, dan Afrika Timur. Para pemukim Belanda itu dikenal dengan nama Kaum Boer. Ketika emas ditemukan di tanah – tanah kesukuan pada 1795, Inggris merebut kendali atas koloni di Tanjung Harapan. Setelah itu banyak kaum Inggris bermigrasi ke Afrika Selatan dan menyingkirkan para pemukim Belanda, para pemukim yang berusaha mempertahankan kekuasaan atas wilayah tersebut melahirkan Perang Anglo – Boer I dari 1880-1881 dan Perang Anglo – Boer II dari 1899-1902.

Lukisan yang menggambarkan Belanda tiba di Afrika


Orang Inggris, setelah bernegosiasi dengan Jendral keluarga Boer, membentuk Komisi Urusan Pribumi Asli Afrika Selatan. Dalam negosiasi itu diusulkan segregasi (pemisahan) rasial di bidang lahan, tenaga kerja, pendidikan, dan politik. Pada 1910 Afsel memperoleh status Dominion dalam Kerajaan Inggris. Dalam 10 tahun berikutnya, pemerintah gabungan pemukim Inggris – Afrikaneer (Kaum Boer) mengesahkan beberapa undang-undang yang secara tegas memisahkan orang kulit hitam dengan kulit putih.


C.   Jalannya Apartheid

Pada 1948, Partai Nasional (Partai yang semua anggotanya orang kulit putih) memenangi pemilihan umum. Di bawah kepemimpinan Daniel F. Malan, “segregasi total” apartheid diberlakukan. Periode pertama dikenal dengan baaskap, yang berarti kaum Boer (Afrikaneer) berkuasa dan supremasi kulit putih. Dalam periode ini, orang-orang kulit hitam dan Asia diusir dari tempat tinggal mereka dan digiring ke tempat yang sejauh mungkin dari pusat pemukiman, lahan pertanian, serta pusat bisnis kaum kulit putih. Mereka juga kehilangan semua hak politik termasuk hak kewarganegaraan.

Daniel F. Malan


Dalam perkembangannya, kaum putih menyadari bahwa tenaga kerja murah hanya berasal dari orang-orang yang baru merekan singkirkan, maka agar kegiatan bisnis berjalan lancar, para pebisnis kulit putih “mengizinkan” orang kulit hitam untuk kembali ke wilayah “putih” untuk bekerja. Untuk mengawasi orang kulit hitam disahkan 4 undang-undang yaitu,  UU Larangan Nikah Campur (1949), UU Registrasi Penduduk (1950), UU Wilayah Kelompok (1950 – secara paksa merelokasi 3,5 juta orang pada akhir 1980-an), UU Reservasi Pemilihan Fasilitas (1953).

Ketika Hendrick Verwoerd menjadi perdana menteri pada 1958, apartheid ditetapkan dengan cara lain yaitu dari baaskap ke separate development (pembangunan terpisah). Maksud dari istilah “pembangunan terpisah” dijelaskan dalam sebuah undang-undang yang disahkan setahun setelahnya (1959), yaitu Bantu Self-Government Act 1959 yang mengesahkan apa yang disebut Black Homelands (Tanah Air Etnis) bagi 10 suku kulit hitam Afsel, akibatnya seluruh warga kulit hitam Afsel dipindahkan ke salah satu dari 10 wilayah suku ini sehingga orang kulit putih menguasai 87 persen tanah.



Diwilayah tahan air etnis itu, warga kulit hitam dapat menikmati hak politik dan menjadi warga negara wilayah itu, namun bukan warga Afrika Selatan. Sebagian pajak yang dibayar warga kulit hitam ke pemerintah digunakan untuk membangun fasilitas – fasilitas seperti Sekolah, Rumah Sakit, Perumahan dll. Dukungan keuangan dan pendidikan yang bersifat umum juga diberikan dengan tujuan warga di Black Homelands ini dapat menyongsong Kemerdekaan secara penuh seperti 2 negara tanah air etnis yang berhasil berdiri sendiri yakni Swaziland dan Lesotho.

Sedangkan mereka yang bekerja di tanah orang kulit putih tidak boleh mengikutsertakan keluarganya. Hal ini bertujuan untuk menghindari dominasi ras kulit hitam di tempat kaum putih. Semua warga non kulit putih wajib membawa buku izin atau “Buku Kehidupan”. Di dalam buku itu tercantum akta perkawinan, akta kelahiran, dan surat izin kerja. Mereka yang ditangkap tanpa membawa buku ini akan dijebloskan ke penjara dan disiksa (dalam kasus yang ekstrem).

Buku Kehidupan (Book of Life)


D.   Perlawanan Apartheid

Pelaksanaan sistem apartheid mendapat perlawanan dari para tokoh Afrika Selatan yang tergabung dalam Kongres Nasional Afrika atau African National Congress (ANC). ANC berjuang menghapus sistem apartheid, tokohnya yang terkenal adalah Nelson Mandela (1918-2013) yang bergabung dengan ANC menjelang pecahnya Perang Dunia II. Nelson mendorong ANC menjadi sebuah gerakan nasional.
Fokus perhatian ANC adalah hak-hak sipil warga kulit hitam. Mereka mengadakan gerakan perlawanan terhadap hukum yang tidak adil (defence campaign of unjust laws). Gerakan perlawanan itu dilakukan secara damai tanpa kekerasan. Tuntutan-tuntutan tersebut ini disatukan dalam Piagam Kebebasan (Freedom Charter), yang diresmikan Kongres Rakyat di Kliptown pada 26 juni 1955. Pada Desember 1956, lebih dari seratus aktivis ditangkap, mereka didakwa melakukan pengkhianatan tingkat tinggi, namun semua terdakwa dibebaskan.

Piagam Kebebasan


Pada 6 April 1959, Pan Africanist Congress (PAC) disahkan di Soweto dan dimotori oleh pecahan dari ANC. PAC mengkampanyekan anti-Pass Laws. Kampanye pertama mereka berbuntut pembunuhan masal di Sharpeville pada 21 Maret 1960, ketika 69 orang tewas ditembak. Tepatnya pada 8 April 1960, ANC dan PAC dilarang oleh pemerintah. Para tokohnya di penjarakan atau diasingkan tanpa proses pengadilan (Nelson Mandela dipenjara seumur hidup pada 1962 sebelum akhirnya dibebaskan pada 1990). PAC merespon dengan membentuk sayap militer Azanian People’s Liberation Army. Pada 1963, ANC membentuk sayap militer Umkonto we Sizwe, yang berarti “Tombak Bangsa”.


Praktik buruk dan kejam apartheid ternyata berhasil membuka mata dunia internasional. Semakin banyak negara mulai mengecam rezim apartheid. Oleh karena itu pada 1961 Perdana Menteri B. J. Verwoerd menyatakan Afrika  Selatan keluar dari PBB, meninggalkan persemakmuran Inggris, serta melarang Afsel mengikuti olimpiade.
Pada 1983, 600 organisasi Afrika Selatan bersama-sama membentuk Front Demokratis Bersatu, mereka mendukung Piagam Kebebasan serta menuntut dihapusnya istilah “homelands”.

Meningkatnya aktifitas anti apartheid ini membuat pemerintah menyatakan keadaan darurat pada 1986. Lima ribu tentara disebar untuk melarang, menahan,dan menangkap puluhan ribu orang Afsel. Karena situasi yang tidak kondusif, Negara – negara mulai menarik transaksi bisnis, perdagangan dan investasi mereka pada akhir 1980-an. Akibatnya terjadilah Depresi Ekonomi di Afrika Selatan.

Nelson Mandela


Pada 1989, pemimpin pertai nasional, Frederik Willem de Klerk menjadi perdana menteri, ia membebaskan banyak tahanan politik kulit hitam. Dia menyatakan kepada perlemen bahwa apartheid telah gagal dan semua larangan pendirian partai politik segera dicabut. Namun ketegangan terus terjadi sampai 1993, lebih dari 10.000 warga Afrika Selatan tewas karena kekerasan politik. Pada 1990, organisasi anti-apartheid tidak dilarang, tahanan politik dibebaskan termasuk Mandela, dan resolusi baru yang secara resmi menghapus praktik apartheid disahkan.

Apartheid resmi berakhir pada 1994. Pada tahun yang sama, Nelson Mandela terpilih menjadi presiden melalui pemilihan yang bebas. Ia mewujudkan kesetaraan bagi seluruh warga Afrika Selatan.

E.   Dampak yang Ditimbulkan

Dampak yang terjadi saat berlakunya politik apartheid adalah adanya ketidakadilan dalam segala bidang untuk orang berkulit hitam di Afrika Selatan seperti tidak mendapat hak-hak politik, hak memilih pemimpin, hak tinggal dan lain-lain. Dampak apartheid semakin parah saat pemerintah (yang semua pejabatnya kulit putih) memberlakukan undang – undang yang membuat para orang kulit hitam semakin merana dikarenakan dominasi orang kulit putih, bahkan hingga membuat mereka seakan menjadi orang asing di tanah leluhur mereka sendiri.


Sedangkan dampak yang terjadi setelah apartheid berakhir adalah bangkitnya rakyat Afrika Selatan setelah menjalani masa-masa kelam sejak apartheid berlaku di Afrika Selatan hingga akhirnya dihapus.

Perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh Nelson Mandela dalam menegakkan kekuasaan tanpa adanya rasialisme di Afrika Selatan dan menghapuskan kekuasaan Apartheid memakan waktu yang cukup lama. Nelson Mandela terus berjuang untuk mencapai kebebasan negerinya baik perjuangan yang dilakukan di dalam negerinya, agar mendapat dulungan dari seluruh rakyatnya, maupun perjuangan yang dilakukan di luar negeri, yaitu untuk mendapatkan pengakuan atas perjuanganya dalam menghapuskan kekuasaan Apartheid di Afrika Selatan. Upaya-upaya yang ditempuh oleh Nelson Mandela tersebut mulai menampakkan hasil yang menggembirakan, ketika pwemerintah minoritas kulit putih di bawah pimpinan Frederik Willem de Klerk memberikan angin segar kebebasan bagi warga kulit hitam.
Pada tanggal 21 Februari 1991, di hadapan sidang parlemen Afrika Selatan, presiden Frederik Willem de Klerk mengumumkan penghapusan semua ketentuan dan eksistensi system politik Apartheid. Pengumuman itu diikuti dengan penghapusan 3 undang-undang yang memperkuat kekuasaan Apartheid, yaitu :

1. Land act, yaitu undang-undang yang melarang orang kulit hitam memiliki "homeland" di luar wilayah tempat tinggal yang telah ditentukan.
2. Group Areas Act, yaitu undang-undang yang mengatur pemisahan tempat tinggal orang-orang kulit putih dan kulit hitam.
3. Population Registration Act, yaitu undang-undang yang mewajibkan semua orang kulit hitam untuk mendaftarkan diri menurut kelompok suku masing-masing.

Penghapusan undang-undang tersebut diikuti dengan janji pemerintahan Frederik Willem de Klerk untuk menyelenggarakan pemilu tanpa pembatasan rasial (pemilu multirasial).Garis politik yang ditempuh Presiden De Klerk tersebut menghentak banyak pihak dan membangkitkan semangat perjuangan orang-orang kulit hitam dalam rangka memperjuangkan Afrika Selatan tanpa adanya perbedaan rasialais.

Oleh :
1.   Ademila Almi A    (02)
2.   Bima Aji K            (08)
3.   Hanijaya Intan P (15)
4.   None Akhsa A     (21)
5.   Rizky Murdiana   (23)
6.   Widyasari P        (29)

uploader : Bima Aji K


SEMOGA BERMANFAAT

Sunday, 6 August 2017

Pengaruh Perang Dingin Terhadap Kehidupan Politik & Ekonomi Global

v  Kehidupan Politik  :
·         Terlihat dari adanya system aliansi atau pembentukan sekutu dalam penyebaran ideologi – ideology perang dingin.
Contoh  :
1)    Amerika Serikat berusaha mengembangkan dan menyebarkan paham demokrasi dan kapitalis.
2)    Uni Soviet juga mengembangkan paham sosialis – komunis di berbagai Negara.



·         Membuat batas pemisah yang jelas antara daerah – daerah yang terlibat langsung dalam konflik perang dingin. Yaitu kedua negara adikuasa tersebut menjalankan politik pecah belah sehingga beberapa negara menjadi terpecah seperti Korea,Vietnam,maupun Jerman.

·         Pembangunan tembok Berlin di Jerman sebagai batas antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Karena perbedaan paham yaitu Jerman Barat menganut paham liberal dan Jerman Timur paham komunis.

Berlin Wall


v  Kehidupan Ekonomi  :
·         Menurut Thomas L. Friedman,globalisasi memiliki dimensi ideologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas,dan dimensi tekonologi yaitu teknologi informasi yang telah menyatukan dunia

·         AS sebagai negara kreditor terbesar memberikan pinjaman atau bantuan ekonomi kepada negara-negara yang sedang berkembang berupa Marshall Plan. AS juga memberikan bantuan ”Grants in Aid” yaitu bantuan ekonomi dengan kewajiban mengembalikan berupa dollar atau dengan membeli barang-barang Amerika Serikat. Bagi negara-negara di Asia Presiden Truman mengeluarkan “The Four Points Program for the Economic Development in Asia” berupa teknik dalam wujud perlengkapan-perlengkapan ekonomis atau bantuan kredit yang berasal dari sektor swasta di Amerika Serikat yang disalurkan oleh pemerintah kepada negara-negara yang sedang berkembang.

·         Uni Soviet juga berperan sebagai negara kreditur dengan dikeluarkannya Mlotov Plan,bagi negara Eropa Timur dan sekutu Soviet.

Molotov Plan


·         Mereka saling berlomba untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara menginvestasikan modal mereka ke negara-negara berkembang yang upah buruhnya masih relatif rendah. Sehingga keuntungan mereka juga melambung tinggi.
Namun hal diatas juga berdampak baik bagi negara yang ditempati untuk membuka usaha para pemilik modal. Pertumbuhan ekonomi di negara itu juga akan tumbuh pesat.

Perekonomian dunia terbagi atas sistem ekonomi liberal, sistem ekonomi terpusat pada negara, dan sistem ekonomi campuran. Dimana sistem ekonomi liberal berlaku di negara-negara kapitalis. Sistem ekonomi terpusat pada negara berlaku di negara-negara komunis. Dan sistem ekonomi campuran berlaku di negara-negara yang baru merdeka. Sistem ekonomi kapitalis diterapkan di Eropa Barat dan Amerika Serikat mempraktekkan konsep negara sejahtera (welfare state) sehingga menyediakan dana sosial yang besar untuk mensubsidi kesehatan, pendidikan, pensiunan, dan dana sosial lainnya bagi masyarakat.



Anggota Kelompok  :
1.    Ade Mila A.A             (02)
2.    Angga Budhi K         (05)
3.    Irish Vania.S             (18)

4.    R.Murdiana               (23)


SEMOGA BERMANFAAT

Meninjau Kembali Dampak Perang Dingin terhadap Kehidupan Politik dan Keadaan Ekonomi Global

-0o0-
KELOMPOK 3
-0o0-

GAMBARAN UMUM

Perang Dingin (Cold War)


Berakhirnya Perang Dunia II menyebabkan Amerika Serikat dan Uni Soviet keluar sebagai pemenang perang dan muncul sebagai negara adikuasa/super power yang kemudian memainkan peranan di panggung politik, ekonomi dan Hubungan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan militer dunia internasional. Lahirnya kekuatan adidaya baru yang mewakili kepentingan Blok Barat dan Blok Timur menimbulkan suasana yang tidak representatif. Pertentangan di antara dua kekuatan dunia tersebut melahirkan Perang Dingin (the cold war).
Sehingga ada dua pola pikir tentang bagaimana hubungan AS-Uni Soviet terhadap negara lain dan bagaimana hubungan antarnegara. Winston Churchill, seorang realis, menghendaki pembagian wilayah pengaruh antara AS dan Uni Soviet secara jelas, khususnya di Eropa. Sementara Roosevelt, seorang idealis menghendaki suatu kerjasama dan hubungan komplementer bagi tiap negara dengan mendudukkan negara-negara besar sebagai penjamin – penjaga perdamaian dunia. Hasilnya dibentuklah PBB dengan menempatkan lima negara besar sebagai pemegang hak veto. Namun dalam prakteknya tujuan ideal ini tidak berjalan dengan semestinya, karena baik AS dan Uni Soviet selalu memandang curiga dan merasa terancam satu sama lain. Akibatnya, terjadilah perang dingin antara Uni Soviet sebagai blok Timur dan Amerika Serikat sebagai blok Barat (McNamara 1989, 23).
Perang Dingin merupakan suatu kondisi dunia yang hidup dalam bayangan perang nuklir,  suatu kondisi dimana dunia diwarnai hubungan ketegangan ”damai tetapi tidak damai” karena pelatuk konflik perang nuklir masing-masing pihak siap meledak  (Kort 1998, 4). Dalam perkembangannya, perang dingin  makin menajam seiring dengan perlombaan senjata antara AS-Uni Soviet. Masing-masing berusaha saling mengungguli baik dalam varitas maupun kualitas. Usaha peredaan ketegangan sudah dilakukan, namun sebegitu jauh masih bersifat ambivalen.

-0O0-
AKAR KONFLIK

Perang Dingin ditandai dengan adanya sikap ketidakpercayaan, kecurigaan, dan kesalahan pemahaman antara Blok Barat dan Blok Timur, Amerika Serikat dituduh menjalankan politik imperialisme untuk memengaruhi dunia, sementara Uni Soviet dianggap telah melakukan perluasan hegemoni atas negara-negara demokrasi melalui ideologi komunis .Pengaruh Uni Soviet dalam mengembangkan hegemoninya di Eropa telah berkembang dengan cepat.
Dengan keadaan tersebut, Amerika Serikat merasa berkewajiban mencegah berkembangnya gerakan komunis. Amerika Serikat menyusun strategi politik global yang dikenal dengan containment policy. Tujuan containment policy adalah untuk mencegah berkembangnya pengaruh suatu negara atau suatu sistem politik daripihak lawan Sistem politik yang menjadi lawan Amerika adalah komunisme. Oleh karena itu, containment policy dikenal pula sebagai containment of communism.
Menurut Robert McNamara, konflik Perang Dingin ini karena AS telah melakukan salah persepsi (misperception) tentang ideologi komunis yang menekankan “class struggle”.  Pertama, doktrin “Socialism in One Country”, yang oleh pihak Barat diartikan bahwa Uni Soviet menghendaki sebagai satu-satunya negara sosialis yang menguasai dunia. Doktrin ini tampak pada  sikap keras Stalin, Lenin, dan Kruschev. Kecurigaan itu makin besar dengan meluasnya pengaruh komunisme  pada sejumlah Negara Dunia Ketiga yang kemudian banyak beralih menjadi Negara komunis. Tercatat  banyak negara komunis baru misalnya  komunisme  Cina yang menang mengalahkan kaum Nasionalis (1949), Uni Soviet secara sepihak mendirikan administrasi ekonomi di Jerman Timur (1947). Setelah itu  Polandia, Bulgaria dan Rumania menjadi pemerintahan komunis (1947) yang kemudian disusul  Chekoslovakia dan Hungaria. Melihat kenyataan ini AS merasa khawatir bahwa negara-negara lain akan terpengaruh juga oleh ideologi komunis.
Konflik ideologi–politik berimplikasi pada  persaingan militer. Ibarat persaingan suatu perusahaan dalam pasar yang sama, mereka sama-sama berkompetisi mencari metode optimal untuk menghasilkan mekanisme pasar yang lebih menguntungkan. Uni Soviet berhasil ”menguasai” negara-negara Eropa Timur. Melihat hal ini  AS tidak ingin “Finlandianisasi” kawasan Eropa akan terus berlangsung untuk itu dibentuklah aliansi NATO (North Atlantic Treaty Organization) pada tahun 1954. Sementara pada kawasan lain ia menjalin hubungan dengan Cina Nasionalis (1954), membentuk ANZUS (1951), SEATO (1954), serta mengadakan perjanjian dengan Iran, Turki dan Pakistan (McNamara, 1989: 46).   Menanggapi kondisi ini, Uni Soviet  membentuk WTO (Warsawa Treaty Organization) 1955,  mendirikan Cominform (Communist Information Bureau), serta  meningkatkan inovasi militer dengan berhasil diluncurkannya satelit sputnik (1957). Negara dunia ketiga menjadi obyek pertarungan mereka, oleh karena itu beberapa tidak mau terseret dalam kelompok ideologis antara dua super power. Lahirlah kelompok Non Blok yang ditandai dengan KTT I di Beograd (1961).

-0O0-
ANALISIS 
(KEHIDUPAN POLITIK GLOBAL)

Poster Propaganda Amerika Terhadap Uni Soviet


Memasuki dasawarsa 1970-an, ada tiga bidang pergeseran dalam kancah percaturan internasional. Pertama, di bidang politik, jika sebelumnya AS melihat RRC sebagai musuh, kini berubah sebaliknya memandang RRC sebagai sahabat yang bisa digunakan untuk ”menghancurkan” musuh utamanya yaitu Uni Soviet. Komunike Shanghai 1972 merupakan babak baru normalisasi AS- RRC.
Bagi AS, secara strategis hubungan ini dimaksudkan untuk memecah kesatuan komunis; secara politis untuk memojokkan Uni Soviet; dan secara ekonomis untuk memperluas perdagangannya karena China yang berpenduduk terbesar dunia merupakan medan pasar yang sangat menguntungkan, di samping itu untuk pelemparan barang ekspor Jepang yang diarasa sudah mulai jenuh di AS.
Pendekatan AS-China ini sangat memukul Uni Soviet. Apalagi  kenyataan bahwa berkat bantuan ekonomi AS, China berhasil mengembangkan modernisasi ekonomi, militer, dan  teknologi nuklir. Uni Soviet yang merasa terjepit oleh hubungan AS – Cina ini menjadi semakin merasa tidak aman, ia kemudian makin berpetualang di sejumlah negara. Misalnya, pada tahun 1978 menjalin perjanjian persahabatan (militer) dengan Vietnam (Finkelstein 1987) , invasi ke Afganistan. ..(1979), invasi Ethiopia (1979) dan merestui invasi Vietnam ke Kamboja (1979)
Amerika Serikat berusaha menjadikan negara-negara yang sedang berkembang menjadi negara demokrasi agar hak asasi manusia dapat dijamin. Bagi negara-negara yang sebelumnya kalah seperti Jerman dan Jepang berkembang pula kapitalisme selain demokrasi. Negara-negara tersebut dapat sehaluan dengan AS dan merupakan negara pengaruhnya.

Poster propaganda Amerika yang paling terkenal


Uni Soviet dengan paham sosialis-kominunis mendengungkan pembangunan negara dengan Rencana Lima Tahun. Cara tersebut dilakukan dengan ditaktor bukan liberal. Bagi negara satelit (dibawah pengaruh) Uni Soviet yang melakukan penyimpangan akan ditindak keras oleh US seperti contohnya Polandia dan Hongaria. Demi kepentingan politik, ekonomi, dan militer kedua negara adikuasa tersebut menjalankan politik pecah belah sehingga beberapa negara menjadi terpecah seperti Korea, Vietnam, dan Jerman.Dampak dalam bidang politik dapat juga kita lihat dari dibangunnya tembok berlin di Jerman sebagai batas antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Dalam perang dunia kedua negara ini memang sudah terbagi menjadi 2, yaitu Jerman Barat yang beribukota di Bonn dan Jerman Timur yang beribukota di Berlin.



Negara ini mengalami perpecahan karena adanya 2 paham yang berbeda berlaku di negara ini, yaitu liberal yang dianut jerman barat dan Komunis yang dianut jerman timur. Dalam perjalanan pemerintahannya, Jerman barat mengalami perkembangan yang jauh lebih pesat daripada Jerman timur. Oleh sebab itu, banyak orang Jerman timur yang memutuskan untuk hijrah ke Jerman barat. Namun karena saat itu terjadi perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet, Uni soviet merasa tersinggung dengan adanya orang-orang pindah ke Jerman Barat. Kerena itu Uni soviet mendanai dan mendukung untuk membangun sebuah tembok yang berada di kota berlin yang menyebabkan terbelahnya kota itu.
Selain itu di tembok ini, uni soviet juga menyiagakan tentaranya agar menembaki orang-orang yang masih berani untuk menyebrang. Kemudian tembok ini sangat dikenal orang sebagai simbol bagi perang dingin.



-0O0-
ANALISIS 2
(KEHIDUPAN EKONOMI GLOBAL)
KAPITALISME vs KOMUNISME

Di bidang ekonomi; sebenarnya dasar ideologi komunisme tidak menghendaki hubungan dagang dengan pihak liberal (khususnya AS), tetapi karena untuk menanggulangi resesi,  pengangguran dan kepentingan ekonomi nasional, Khruschev pemimpin UniSoviet saat itu  melihat persepsi keamanan tidak hanya dilihat dari aspek militer, tetapi juga aspek ekonomi. Karenanya dia berusaha membuka hubungan dengan pihak Barat. Menurutnya, hubungan dagang bukan hanya sebagai sesuatu yang perlu, melainkan suatu kebutuhan. Hubungan dagang ini  meski dalam volume yang relatif tidak besar, tetapi telah berpengaruh positif pada perbaikan ekonomi Uni Soviet, bahkan  bisa mengembangkan jaringan transformasi, otomotif maupun infrastruktur misalnya pembangunan jalan. Hubungan dagang itu terus meningkat, pada tahun 1971 volume perdagangan AS ke Uni Soviet sejumlah 200 juta USD, tahun 1975 meningkat menjadi 2 miliar USD (Shanor, 1989: 173).

Nikita Khruschev
Pemimpin Uni Soviet pada masa Perang Dingin


Pada perang dingin berlangsung dalam kurun 2 dekade, muncul dua kekuasaan perekonomian yang mengambil peran masing-masing di dunia. Ekonomi liberal yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dimana dalam pergerakan perekonomian mereka senantiasa mengedepankan kebebasan dalam hal investasi dan pengembangan dunia bisnis Negara mereka. Swasta asing diberi kesempatan yang sama dengan perusahaan dalam negeri untuk bersaing dalam monopoli bisnis perekonomian Negara. Artinya tidak ada perbedaan antara pendatang dan masyarakat local yang telah memegang kuasa bisnis di daerah atau Negara tersebut. Negara yang memerintah hanya sebagai alat untuk mengatur kebijakan yang diambil berdasar kondisi terkini yang terjadi atas perusahaan yang ada di Negara mereka.



Sebaliknya dengan Negara komunis dengan pimpinan Uni Soviet, Negara yang memegang teguh komunis seluruh perekonomian Negara berdasarkan atas kebersamaan. Sistem sentralis dimana pemerintah pusat yang memegang kuasa kendali atas seluruh kegiatan perekonomian yang ada di Negara. Paham komunis mengkhawatirkan akan timbulnya kesenjangan ekonomi yang timbul apabila ada sebuah pihak yang mendominasi monopoli perekonomian Negara.
Dengan sistem sentralisasi yang diterapkan oleh paham komunis diharapkan bahwa kesejahteraan dan kemakmuran yang didapat dapat terjadi sebuah pemerataan terhadap seluruh rakyat di Negara pemegang paham perekonomian komunis.
Selain itu, Negara komunis lebih memandang kaum rendah seperti buruh dan petani dalam usahanya untuk mengembangkan usaha. Sehingga tak urung beberapa Negara komunis pada awalnya seperti Cina mengupayakan mobilisasi pertanian guna menyelamatkan perekonomian Negara mereka disusul oleh industrialisasi yang masuk.

-0O0-
KESIMPULAN

Pasca Perang Dunia II, politik internasional  diwarnai  konflik Perang Dingin antara super power AS dan Uni Soviet, yang masing-masing mencari daerah pengaruh. Amerika Serikat menebar ideologi kapitalisme – liberalisme dan bantuan ekonomi, sementara Uni Soviet menebar bantuan senjata dan agitasi pembebasan. Konflik mereka berakar pada persepsi dimana masing masing pihak merasa terancam. Posisi geografis dan trauma perang menjadikan Uni Soviet selalu merasa tidak aman, untuk itu ia mencari daerah pengaruh sebagai buffer zone, dan langkah Uni Soviet ini juga dipersepsi oleh AS sebagai ancaman pula. Kedua pihak  saling curiga dan berkehendak menjadi superior. Persaingan ini makin meningkat dengan terbentuknya NATO dan Pakta Warsawa serta perlombaan senjata, sementara negara-negara dunia ketiga menjadi ajang perebutan mereka.

Memasuki dasawarsa 1970-an, terjadi pergeseran dalam politik internasional. Pada satu sisi AS ”merangkul” RRC untuk menghadapi Uni Soviet, dan pada sisi lain Uni Soviet mengadakan hubungan dagang dan peredaan militer dengan AS. Sungguhpun demikian konflik politik-militer kedua pihak pada sejumlah negara masih sangat dominan.

SUMBER KEPUSTAKAAN
Gilpin, Robert, 1987. The Political Economy of International Relations. New Jersey: Princeton University Press.
Kanet, Roger E. (ed.), 1982. Soviet Foreign Policy in the 1980s. New York: Praeger Publisher.
Lihat, Lilik Salamah. 2013. Meninjau Kembali Perang Dingin Komunis Vs Liberalis. Universitas Erlangga.e-Journal

PENYUSUN  :
-        Abraham Gamma Pratama     (01)
-        Bima Aji Kurniawan                  (08)
-        Enggar Puspitarini                     (12)
-        Muhammad Ezar Abista           (19)

-        Satryo Sasono                               (24)



SEMOGA BERMANFAAT